Wikipedia

Hasil penelusuran

Rabu, 19 Februari 2014

KODE KEYBOARD MENULIS ARAB PADA MC. WORD

 بِسْــمِ ا اللهِ الــرَّحْمَنِ الــرَّحِــيْمِ
~
Q
W
E
R
T
Y
U
I
O
P
[
]
ذ
ض
ص
ث
ق
ف
غ
ع
ه
خ
ح
ج
د

A
S
D
F
G
H
J
K
L
:


ش
س
ي
ب
ل
ا
ت
ن
م
ك
ط



Z
X
C
V
B
N
M
,
.
/



ئ
ء
ؤ
ر
لا
ى
ة
و
ز
ظ


KODE KEYBOARD MENULIS ARAB PADA MC. WORD

KETERANGAN :
SHIFT + X         = SUKUN
SHIFT + ~         = TASYDID
SHIFT + Q        = FATHAH
SHIFT + W        = FATHAHTAIN
SHIFT + E         = DOMMAH
SHIFT + R         = DOMMAHTAIN
SHIFT + J          = VAREASI PANJAN


Jumat, 14 Februari 2014

Rahasia Iblis Akhirnya Terbongkar

RAHASIA IBLIS
Riwayat Dari: Muadz bin Jabal dari Ibn Abbas

Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman seorang sahabat Anshar, tiba-tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah: “Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk? Sebab kalian akan membutuhkanku.”

Rasulullah bersabda: “Tahukah kalian siapa yang memanggil?”

Kami menjawab: “Allah dan rasul-Nya yang lebih tahu.”

Beliau melanjutkan, “Itu Iblis, laknat Allah bersamanya.”

Umar bin Khattab berkata: “Izinkan aku membunuhnya wahai Rasulullah”.

Nabi menahannya: “Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya, sebab dia telah diperintahkan oleh Allah untuk ini, pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik.”

Ibnu Abbas RA berkata: pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya. Di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi.

****************************************

Iblis berkata: “Salam untukmu Muhammad. Salam untukmu para hadirin…”

Rasulullah SAW lalu menjawab: “Salam hanya milik Allah SWT, sebagai mahluk terlaknat, apa keperluanmu?”

Iblis menjawab: “Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku, namun karena terpaksa.”

“Siapa yang memaksamu?”

Seorang malaikat dari utusan Allah telah mendatangiku dan berkata:
“Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad sambil menundukkan diri. Beritahu Muhammad tentang caramu dalam menggoda manusia. Jawablah dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah, andai kau berdusta satu kali saja, maka Allah akan jadikan dirimu debu yang ditiup angin.”

“Oleh karena itu aku sekarang mendatangimu. Tanyalah apa yang hendak kau tanyakan. Jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku. Tidak ada sesuatu pun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh.”


ORANG YANG DIBENCI IBLIS

Rasulullah SAW lalu bertanya kepada Iblis: “Kalau kau benar jujur, siapakah manusia yang paling kau benci?”

Iblis segera menjawab: “Kamu, kamu dan orang sepertimu adalah mahkluk Allah yang paling aku benci.”

“Siapa selanjutnya?”

“Pemuda yang bertakwa yang memberikan dirinya mengabdi kepada Allah SWT.”
“lalu siapa lagi?”

“Orang Aliim dan wara’ (Loyal)”

“Lalu siapa lagi?”

“Orang yang selalu bersuci.”

“Siapa lagi?”

“Seorang fakir yang sabar dan tak pernah mengeluhkan kesulitannnya kepda orang lain.”

“Apa tanda kesabarannya?”

“Wahai Muhammad, jika ia tidak mengeluhkan kesulitannya kepada orang lain selama 3 hari, Allah akan memberi pahala orang -orang yang sabar.”

” Selanjutnya apa?”

“Orang kaya yang bersyukur.”

“Apa tanda kesyukurannya?”

“Ia mengambil kekayaannya dari tempatnya, dan mengeluarkannya juga dari tempatnya.”

“Orang seperti apa Abu Bakar menurutmu?”

“Ia tidak pernah menurutiku di masa jahiliyah, apalagi dalam Islam.”

“Umar bin Khattab?”

“Demi Allah setiap berjumpa dengannya aku pasti kabur.”

“Usman bin Affan?”

“Aku malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya.”

“Ali bin Abi Thalib?”

“Aku berharap darinya agar kepalaku selamat, dan berharap ia melepaskanku dan aku melepaskannya. tetapi ia tak akan mau melakukan itu.” (Ali bin Abi Thalib selau berdzikir terhadap Allah SWT)


AMALAN YANG DAPAT MENYAKITI IBLIS

“Apa yang kau rasakan jika melihat seseorang dari umatku yang hendak shalat?”

“Aku merasa panas dingin dan gemetar.”

“Kenapa?”

“Sebab, setiap seorang hamba bersujud 1x kepada Allah, Allah mengangkatnya 1 derajat.”

“Jika seorang umatku berpuasa?”

“Tubuhku terasa terikat hingga ia berbuka.”

“Jika ia berhaji?”

“Aku seperti orang gila.”

“Jika ia membaca al-Quran?”

“Aku merasa meleleh laksana timah diatas api.”

“Jika ia bersedekah?”

“Itu sama saja orang tersebut membelah tubuhku dengan gergaji.”

“Mengapa bisa begitu?”

“Sebab dalam sedekah ada 4 keuntungan baginya. Yaitu keberkahan dalam hartanya, hidupnya disukai, sedekah itu kelak akan menjadi hijab antara dirinya dengan api neraka dan segala macam musibah akan terhalau dari dirinya.”

“Apa yang dapat mematahkan pinggangmu?”

“Suara kuda perang di jalan Allah.”

“Apa yang dapat melelehkan tubuhmu?”

“Taubat orang yang bertaubat.”

“Apa yang dapat membakar hatimu?”

“Istighfar di waktu siang dan malam.”

“Apa yang dapat mencoreng wajahmu?”

“Sedekah yang diam – diam.”

“Apa yang dapat menusuk matamu?”

“Shalat fajar.”

“Apa yang dapat memukul kepalamu?”

“Shalat berjamaah.”

“Apa yang paling mengganggumu?”

“Majelis para ulama.”

“Bagaimana cara makanmu?”

“Dengan tangan kiri dan jariku.”

“Dimanakah kau menaungi anak – anakmu di musim panas?”

“Di bawah kuku manusia.”


MANUSIA YANG MENJADI TEMAN IBLIS

Nabi lalu bertanya : “Siapa temanmu wahai Iblis?”

“Pemakan riba.”

“Siapa sahabatmu?”

“Pezina.”

“Siapa teman tidurmu?”

“Pemabuk.”

“Siapa tamumu?”

“Pencuri.”

“Siapa utusanmu?”

“Tukang sihir.”

“Apa yang membuatmu gembira?”

“Bersumpah dengan cerai.”

“Siapa kekasihmu?”

“Orang yang meninggalkan shalat jumaat”

“Siapa manusia yang paling membahagiakanmu?”

“Orang yang meninggalkan shalatnya dengan sengaja.”

Minggu, 09 Februari 2014

Carita Prosa Gatot kaca

CARITA PROSA GATOT KACA
Kalahiran
ceuk versi Mahabharata, Gatotkaca maangrupikeun putra Bimasena ti kulawargi Pandawa anu lahir ti hiji raksasa rakshasa  bernama Hidimbi. Hidimbi sendiri merupakan raksasa penguasa sebuah hutan; tinggal bersama kakaknya yang bernama Hidimba (dalam pewayangan Jawa, ibu Gatotkaca lebih terkenal dengan sebutan Arimbi. Menurut versi ini, Arimbi bukan sekadar penghuni hutan biasa, melainkan putri dari Kerajaan Pringgadani, negeri bangsa rakshasa).
Kisah kelahiran Gatotkaca dikisahkan secara tersendiri dalam pewayangan Jawa. Namanya sewaktu masih bayi adalah Jabang Tetuka. Sampai usia satu tahun, tali pusarnya belum bisa dipotong walau menggunakan senjata apa pun. Arjuna (adik Bimasena) pergi bertapa untuk mendapatkan petunjuk dewa demi menolong keponakannya itu. Pada saat yang sama Karna, panglima Kerajaan Hastina juga sedang bertapa mencari senjata pusaka. Karena wajah keduanya mirip, Batara Narada selaku utusan kahyangan memberikan senjata Kontawijaya kepada Karna, bukan kepada Arjuna. Setelah menyadari kesalahannya, Narada pun menemui Arjuna yang sebenarnya. Lalu Arjuna mengejar Karna untuk merebut senjata Konta, sehingga pertarungan pun terjadi. Karna berhasil meloloskan diri bersama senjata Konta, sedangkan Arjuna hanya berhasil merebut sarung pembungkus pusaka tersebut. Sarung pusaka Konta terbuat dari kayu mastaba yang ternyata bisa digunakan untuk memotong tali pusar Tetuka. Saat dipakai untuk memotong, kayu mastaba musnah dan bersatu dalam perut Tetuka. Kresna yang ikut serta menyaksikannya berpendapat bahwa pengaruh kayu Mastaba akan menambah kekuatan bayi Tetuka. Ia juga meramalkan bahwa kelak Tetuka akan tewas di tangan pemilik senjata Konta.
Jagoan para dewa
Menurut versi pewayangan Jawa, Tetuka diasuh di kahyangan oleh Narada yang saat itu sedang digempur oleh Patih Sekipu dari Kerajaan Trabelasuket. Patih tersebut diutus rajanya, Kalapracona untuk melamar bidadari bernama Batari Supraba. Tetuka dihadapkan sebagai lawan Sekipu. Semakin dihajar, Tetuka justru semakin kuat. Karena malu, Sekipu mengembalikan Tetuka kepada Narada untuk dibesarkan saat itu juga. Narada menceburkan tubuh Tetuka ke dalam kawah Candradimuka, di Gunung Jamurdipa. Para dewa kemudian melemparkan berbagai jenis senjata pusaka ke dalam kawah. Beberapa saat kemudian, Tetuka muncul ke permukaan sebagai seorang laki-laki dewasa. Segala jenis pusaka para dewa telah melebur dan bersatu ke dalam dirinya. Kemudian Tetuka bertarung melawan Sekipu dan berhasil membunuhnya dengan gigitan taringnya. Kresna dan para Pandawa saat itu datang menyusul ke kahyangan. Kresna memotong taring Tetuka dan menyuruhnya berhenti menggunakan sifat-sifat kaum raksasa. Batara Guru, raja kahyangan menghadiahkan seperangkat pakaian pusaka, yaitu Caping Basunanda, Kotang Antrakusuma, dan Terompah Padakacarma untuk dipakai Tetuka, yang sejak saat itu berganti nama menjadi Gatotkaca. Dengan mengenakan pakaian pusaka tersebut, Gatotkaca mampu terbang menuju Kerajaan Trabelasuket dan membunuh Kalapracona.
Pernikahan


Gatotkaca sebagai tokoh wayang kulit Jawa.
Dalam versi Mahabharata, Gatotkaca menikahi Ahilawati, gadis dari Kerajaan Naga dan mempunyai anak bernama Barbarika. Dalam versi pewayangan Jawa, Gatotkaca menikah dengan sepupunya, yaitu Pergiwa, putri Arjuna. Ia berhasil menikahi Pergiwa setelah melalui perjuangan berat, yaitu menyingkirkan saingannya, bernama Laksmana Mandrakumara, putra Duryodana dari keluarga Korawa. Dari perkawinannya dengan Pergiwa, Gatotkaca memiliki putra bernama Sasikirana, yang menjadi panglima perang Hastinapura pada masa pemerintahan Prabu Parikesit, putra Abimanyu atau cucu Arjuna. Versi lain mengisahkan, Gatotkaca memiliki dua orang istri lagi selain Pregiwa, yaitu Suryawati dan Sumpaniwati. Dari keduanya masing-masing lahir Suryakaca dan Jayasumpena.
Raja Pringgandani
Gatotkaca versi Jawa adalah manusia setengah raksasa, namun bukan raksasa hutan. Ibunya adalah putri Prabu Tremboko dari Kerajaan Pringgadani. Tremboko tewas di tangan Pandu ayah para Pandawa akibat adu domba yang dilancarkan Sangkuni. Ia kemudian digantikan oleh anak sulungnya yang bernama Arimba. Arimba sendiri tewas di tangan Bimasena pada saat para Pandawa membangun Kerajaan Amarta. Takhta Pringgadani kemudian dipegang oleh Arimbi yang telah diperistri Bima. Suksesi kepemimpinan kelak diserahkan kepada putra mereka setelah dewasa.
Arimbi memiliki lima orang adik bernama Brajadenta, Brajamusti, Brajalamadan, Brajawikalpa, dan Kalabendana. Brajadenta diangkat sebagai patih dan diberi tempat tinggal di Kasatrian Glagahtinunu. Sangkuni dari Kerajaan Hastina datang menghasut Brajadenta bahwa takhta Pringgadani seharusnya menjadi miliknya, bukan milik Gatotkaca. Akibat hasutan tersebut, Brajadenta memberontak untuk merebut takhta dari tangan Gatotkaca yang baru saja dilantik sebagai raja. Brajamusti yang memihak Gatotkaca bertarung menghadapi Brajadenta. Kedua raksasa tersebut tewas bersama. Roh mereka menyusup masing-masing ke dalam kedua telapak tangan Gatotkaca, sehingga menambah kesaktian keponakan mereka tersebut. Setelah peristiwa itu, Gatotkaca mengangkat Brajalamadan sebagai patih baru, dengan gelar Patih Prabakiswa.
Kematian
Versi Mahabharata
Kematian Gatotkaca terdapat dalam jilid ketujuh kitab Mahabharata yang berjudul Dronaparwa, pada bagian Ghattotkacabadhaparwa. Ia dikisahkan gugur dalam perang di Kurukshetra pada malam hari ke-14. Perang besar tersebut adalah perang saudara antara keluarga Pandawa melawan Korawa. Mahabharata mengisahkan, sebagai seorang raksasa, Gatotkaca memiliki kekuatan luar biasa terutama pada malam hari. Setelah kematian Jayadrata di tangan Arjuna, pertempuran seharusnya dihentikan untuk sementara karena senja telah tiba. Namun Gatotkaca menghadang pasukan Korawa saat mereka dalam perjalanan menuju perkemahan mereka. Pertempuran berlanjut; semakin malam, kesaktian Gatotkaca semakin meningkat. Banyak prajurit Korawa yang dibunuhnya. Seorang sekutu Korawa dari bangsa rakshasa bernama Alambusa maju menghadapinya. Gatotkaca menghajarnya dengan kejam karena Alambusa telah membunuh sepupunya, yaitu Irawan putra Arjuna pada pertempuran hari kedelapan. Tubuh Alambusa ditangkap dan dibawa terbang tinggi, kemudian dibanting ke tanah sampai hancur berantakan.


Ilustrasi kematian Gatotkaca, diambil dari kitab Mahabharata yang ditulis ulang oleh Ramanarayanadatta Astri.
Duryodana, pemimpin Korawa merasa ngeri melihat keganasan Gatotkaca. Ia memaksa Karna menggunakan senjata pusaka Indrastra pemberian Dewa Indra yang bernama Vasavishakti (senjata Konta menurut pewayangan Jawa) untuk membunuh rakshasa itu. Semula Karna menolak karena pusaka tersebut hanya bisa digunakan sekali saja dan akan dipergunakannya untuk membunuh Arjuna. Karena terus didesak, akhirnya Karna melemparkan pusakanya ke arah Gatotkaca. Menyadari ajalnya sudah dekat, Gatotkaca memikirkan cara untuk membunuh prajurit Korawa dalam jumlah besar sekaligus sekali serang. Gatotkaca pun memperbesar ukuran tubuhnya sampai ukuran maksimal dan kemudian roboh menimpa ribuan prajurit Korawa setelah senjata pamungkas Karna menembus dadanya. Pandawa sangat terpukul dengan gugurnya Gatotkaca. Dalam barisan Pandawa, hanya Kresna yang tersenyum melihat kematian Gatotkaca. Ia gembira karena Karna telah kehilangan pusaka andalannya sehingga nyawa Arjuna dapat dikatakan aman.


AIR DALAM GELAS PLASTIK Oleh Dea Ulfah Puspitasari

AIR DALAM GELAS PLASTIK
Oleh Dea Ulfah Puspitasari

Indah adalah siswi kelas X.1 (sepuluh satu) di SMA Meishu, salah satu sekolah swasta di Bandung yang merupakan sekolah yang didirekturi oleh seorang kebangsaan Jepang, Tetsuya Ogawa. Indah adalah seorang yang cantik, manis, baik, dan kini dia masuk pada masa puber. Selain sifat-sifat tersebut Indah juga merupakan seorang yang easygoing (mudah bergaul). Karena sifatnya yang baik inilah yang menjadikan banyak yang tertarik untuk berteman dengannya dan banyak disukai teman laki-lakinya.
Sekolah Meishu adalah sekolah berstandar akreditasi B sekelas di Jepang. Sekolah dengan fasilitas yang baik dan pelayanan pendidikan yang baik. Guru dengan tipikal mendidik yang unik hingga perpustakaan dengan pelayanan yang modern. Shokudo  (kantin dalam Bahasa Indonesia) hanya terdapat satu namun berukuran besar di sekolah tersebut. Shokudo ini dikelola oleh isteri direktur, Nyonya Miki Katsuragi. Sekolah ini berbentuk lingkaran dengan tinggi bangunan tiga lantai. Kelas XII adalah penghuni lantai pertama, dan lantai kedua dihuni oleh kelas XI, sedangkan Kelas X adalah penghuni lantai ketiga, satu lantai dengan perpustakaan namun cukup jauh jaraknya dengan Shokudo yang berada di lantai pertama. Tiap lantai telah disediakan 3 toilet dari jumlah kelas masing-masing 5 kelas tiap angkatannya.
Pada suatu saat, Indah hendak pergi ke perpustakaan bersama seorang temannya Kira. Saat itu adalah waktu istirahat. Untuk dapat mencapai perpustakaan ada dua jalan tentu karena bangunan sekolah tersebut melingkar. Namun Indah biasa melewati kelas X.5 karena jalur tersebut lebih cepat untuk menuju perpustakaan.
“Dah, dari dulu aku perhatiin kayaknya dua cowok itu suka sama kamu deh” tukas Kira saat berjalan melewati kelas X.5 .
“Eh ? suka sama kamu kali.” Sambil tersenyum Indah membalas ucapan Kira.
“Apa mungkin ? Tapi kayaknya gak mungkin deh. Emang kamu gak seneng kalo ada yang suka ?” Kira kembali meneruskan percakapannya sambil berjalan.
Tiba-tiba Indah berhenti dan memandangi Kira, “Siapa sih orang yang gak seneng kalo ada yang suka sama dirinya ? ”
“Iya sih.” Jawab Kira dengan maksud mengakhiri topik pembicaraan yang mereka anggap tidak terlalu penting itu.
Keduanya sampai di perpustakaan dan mulai menikmati indahnya membaca buku. Memang perpustakaan ini seperti sebuah surganya sekolah Meishu, para siswa kadang terlelap dengan indah dan nyamannya suasana perpustakaan ini. Empat AC terpasang di setiap sudut. Perpustakaan mungkin ruangan paling dingin dan sejuk diantara ruangan yang lainnya, namun entah bagaimana dengan ruangan direktur karena siswa hanya dapat masuk ruangan kepala sekolah dan kepala guru dan ruang guru. Karena keadaan suhunya dingin, Indah yang belum terbiasa karena masih murid baru, dia sering pergi ke toilet perpustakaan karena kebelet buang air kecil.
“Ra, aku pergi ke toilet dulu ya.” Ucap Indah dengan ekspresi kebelet.
“Iya. Jangan lama-lama aku malu kalo sendirian, lagi banyak kakak kelas nih.” Balas Kira dengan meminta untuk tidak berlama-lama.
“Iya aku ngerti.” Jawab Indah
Setelah Indah selesai mengurusi urusannya di toilet, ia pun kembali ke mejanya. Namun, saat hendak kembali ia mendapati Kira dengan dua orang laki-laki tampak sedang mengobrol. Dengan sedikit terheran Indah pun mendekatinya dengan langkah pelan.
“Dah, sini buruan. Kenalin ini Riza sama Miki” ucap Kira sambil memberikan isyarat untuk hendak berkenalan
“Indah” sambil membalas jabatan tangan Riza dan Miki. Kemudian Indah meneruskan ucapannya, “kalian teman satu SMP?”
“Engg......”
“Bukan Dah, baru aja kita kenal sekarang” Kira memotong jawaban dari Riza.
“Oh begitu ya.” Jawab Indah.
“Dah mereka berdua ini yang suka ngeliatin kamu, anak X.5 nih.” Kira membisikan dengan pelan.
“Iya aku tahu.” Jawab Indah.
“by the way kenapa kalian sekolah disini ? saya harap jawabannya jangan karena takdir ya. he” Miki mulai bertanya dengan nada asyik.
“Aku suka sama jepang dan aku tahu orang jepang itu pinter-pinter, makanya aku milih sekolah disini.” Jawab Kira dengan antusias.
“Kalo kamu?” tanya Miki kepada Indah.
“Oh. Euu aku ngeliat orang jepang disiplin itu yang bikin aku penasaran. Aku penasaran sama sistem pendidikannya. Dan sekarang aku sedang mengikuti sistem mereka.” Jawab Indah dengan santai.
“Trus bagaimana pendapatmu tentang sistem ini?” kembali Miki bertanya dengan senyuman yang tetap terjaga.
“Aku merasa nyaman, entah karena fasilitasnya yang oke atau karena kondusif siswa-siswinya. Tapi yang jelas hal baru yang paling aku suka adalah sistem mendidik yang dilakukan disini berbeda satu sama lain dan unik.” Jawab Indah dengan senyuman, mungkin tertular senyum dari Miki.
“sepertinya ada yang ketinggalan dari alasan kamu ?” Miki dengan santai memberikan tanggapan.
“Eh? Apa itu?” dengan muka bingung Indah balik bertanya.
“Perpustakaan. Yah perpustakaan Saya ngeliat kamu hampir tiap istirahat berkunjung ke mari.” Miki memberikan jawabannya.
“Oh iya bener tuh.” Indah tersenyum dengan sedikit pipi memerah.
“Bentar ! Miki perhatian banget ya sama Indah. Cieee ” Tukas Kira.
Miki hanya membalasnya dengan senyum santai, namun Indah semakin malu dan salah tingkah kadang-kadang.
Seminggu kemudian mereka bertemu kembali dalam meja sudut di perpustakaan. Akhirnya jika pertemuan akbar ini berlangsung yang ada hanya kebanyakan mengobrol daripada membaca buku.
“Mik ! Kemana aja kok jarang ke perpus lagi?” tanya Indah.
Miki terdiam dan tertunduk,“Aku disibukkan tugas-tugas nih.” Jawab Miki dengan suara datar.
“Oh begitu ya, kok kelas aku sepertinya belum sesibuk itu ya tugasnya. Eh tapi mungkin akunya aja yang males, jadi gak berasa punya tugas.” Indah kembali menjawab pertanyaan dirinya sendiri.
“Orang males mana yang kerjaannya tiap hari ngunjungin perpus?” Jawab Miki.
“Eh.?” Tersenyum malu saat menerima pujian secara tidak langsung.
“Indah!” sapa Riza.
“Iya. Kenapa Za ?” Indah menjawab sapaan Riza.
“Aku punya sesuatu nih buat kamu.” Sambil memberikan sebuah kado kecil dengan pita berwarna pink.
“Eh? Buat apa ? aku gak ulang tahun loh.” Jawab Indah dengan tertawa kecil.
“Emang kalo ngasih hadiah pas ulang tahun doang ya?” jawab Riza.
“He. Engga juga sih. Makasih deh Za.” Ucap Indah.
“Kira, bisa anter saya gak ?” Tanya Miki keluar dari pembicaraan.
“Eh? Kemana ? Bisa bisa. Pasti bisa.” Jawab Kira dengan penuh antusias.
“Aku ninggalin sesuatu di Shokudo.” Jawab Miki dengan muka dingin.
“Emang kamu ninggalin apa?” tanya Indah dengan peduli.
“Ya ampun masih nanya. Emang kamu gak tahu ya kalo aku ini orangnnya ceroboh dan teledor?” Jawab Miki dengan jawaban yang asem.
“Eh?” Indah terkejut mendengar jawaban dari Miki.
Semuanya dalam meja tampak merasa aneh dengan sikap Miki yang jauh berbeda dari minggu sebelumnya. Setelah itu Kira dan Miki meninggalkan Indah dan Riza berdua di meja.
Sesampainya di Shokudo, Kira belum berani untuk menanyakan keanehan yang terjadi pada Miki. Kira hanya mengikuti langkah Miki, kemana pun Miki pergi, dalam situasi ini Kira hanya bisa mengikuti tanpa banyak bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Miki pun duduk di bangku yang telah disediakan di Shokudo, Miki memandangi wajah Kira yang tampak kebingungan dengan tingkah Miki, dan saat itu pula Miki kembali membuka perbincangan.
“Oh iya sory nih ngerepotin kamu.” Miki membuka pembicaraan sambil tersenyum.
“AHHH syukurlah. Aku kira tadi kamu gak bakal bisa senyum lagi.” Dengan lega Kira menjawabnya.
“IYA KALIII, emang tadi wajahku sehoror apa ?” Miki membalas ocehan Kira.
“Bukan horor, tapi aneh. Fluktuasi wajahmu tinggi banget. Masa dari ketawa-ketawa langsung kayak macan gitu mukanya. Asem banget.” Kira menjawabnya dengan seidikit candaan.
“Terserah kamu deh. Oh iya mau minum apa ?” Miki menawarkan sesuatu.
“Ceritanya ditraktir nih?hehe” Kira terlihat seneng banget.
“Widih seneng gitu, emang belum pernah apa sebelumnya ditraktir pria idaman kayak Miki?” jawab Miki
“Hehe belum nih. Ngomong-ngomong kok kamu PD banget bilang kalo kamu pria idaman?” Kira bertanya mulai dengan  keanehan yang dilihatnya.
“Becanda kok.” Jawab Miki.
Mereka berdua tampak mengobrol lama hingga peringatan dari sudut Shokudo yang menghentikan acara mereka, peringatan jika 5 menit kemudian proses belajar mengajar kembali dimulai (waktu istirahat berakhir). Namun, sebelum Miki pergi, Kira teringat satu hal dan langsung menanyakannya.
“Trus sesuatu yang ketinggalan apa? Katanya ke Shokudo karena ada yang tertinggal?” tanya Kira.
“Aku Cuma lupa belum nyapa Ibu Katsuragi hari ini. he” Miki menjawabnya dengan enteng.
“Yaelah aku kira tadi masalah serius.” Jawab Kira dengan muka kecewa.
“Makasih ya udah mau nemenin” ucap Miki dengan senyuman sambil mengacak-ngacak rambut Kira.
Sesampainya di kelas. Kira menceritakan keasyikannya dengan Miki kepada Indah. Sebaliknya, Indahpun menceritakan keasyikan yang dialami dengan Riza dan memperlihatkan hadiahnya.
Keesokan harinya, mereka berempat bertemu kembali pada satu meja sudut di perpustakaan. Pada saat perbincangan berlangsung Indah melihat wajah Miki yang datar (jarang tersenyum), Kira pun merasakan hal janggal yang sama terjadi pada Miki. Karena merasa kebelet buang air kecil, Indah pun pergi ke toilet perpustakaan. Saat di perpus Indah memandangi kosen dekat fentilasi, dia melihat sebuah gelas plastik berisi air, kira-kira berisi satu persepuluh dari volume gelas tersebut. Hanya hal kecil, Indah pun tidak mempermasalahkannya, dan ia hendak kembali ke meja.
Saat kembali, ternyata di meja hanya tertinggal Riza. Riza masih sibuk dengan menulis sesuatu di kertas kecil yang mungkin itu adalah sebuah karya berupa puisi atau apalah sejenisnya. Setelah perbincangan antara Riza dan Indah yang cukup lama, dan sebelum istirahat berakhir,  Riza memberikan secuil kertas itu yang ternyata berisi pernyataan cinta.
“eh ? 30 menit kamu hanya menulis tiga kata ?” tanya Indah dengan nada bingung.
“Aku serius Indah. ‘aku cinta kamu’. .” jawab Riza.
“Apa gak terlalu cepat?” Sanggah Indah.
“Aku gak terlalu mempermaslahkan itu. Tapi aku berbesar hati untuk menerima keputusanmu.” Jawab Riza.
“Za, maaf ya aku gak bisa deh. maaf banget, aku bener-bener belum terpikir buat jadi cewek kamu.” Jawab Indah dengan memohon.
“He. Kamu lucu deh.” Ucap Riza dengan penuh senyuman, dan membuat Indah merasa aneh.
“eh?” Indah pun bingung.
“Aku nerima apa adanya kok keputusan kamu. Apa kamu tertarik dengan Miki?” tanya Riza.
“eh? Em anu eu, engga deh kayaknya.” Jawab Indah.
“Oh” jawab Riza dengan singkat.
Setelah pembicaraan itu, Indah selalu terpikir dengan pertanyaan Riza, apakah dirinya tertarik dengan Miki atau tidak? Semuanya berjalan baik, tidak ada kebencian diantara Indah dan Riza karena kejadian penolakan itu. Indah hanya melihat sedikit ekspresi kekecewaan pada wajah Riza.
Pada istirahat keesokan harinya, Indah dan Kira pergi ke perpustakaan seperti biasa. Mereka berdua telah mendapati seorang Riza di meja sudut. Tentu yang muncul dalam benak mereka. ‘kemana Miki?’ . dengan segera pertanyaan yang ada dalam benak mereka terjawab sudah. Miki datang dari toilet dan kembali bergabung dengan Riza.
Tidak lama ketika Indah duduk bergabung dengan mereka, ia izin pergi ke toilet karena kebelet buang air kecil. Ketika itu ia mendapati gelas plastik dengan volume air bertambah sekitar seperdelapan dari volume gelas tersebut. Indah sedikit heran, sepertinya ada kepedulian muncul. Indah memandangi gelas yang disimpan dekat fentilasi itu. Setelah beberapa menit, ia pun kembali dan melanjutkan aktivitas membaca hingga waktu istirahat selesai.
Seperti biasa dan kini mungkin menjadi kebiasaan jika mereka akan dipertemukan disebuah meja sudut di perpustakaan. Hari ini hari ke tujuh mereka bergabung dalam satu meja menikmati membaca sambil mengobrol ringan. Kira sepertinya ingin membantu Riza yang menyukai Indah dengan sedikit menyomblangkannya. Saat obrolan berlangsung dengan seru, Miki meminta izin untuk ke toilet sebentar. Sesampainya Miki kembali, giliran Indah yang hendak kebelet untuk buang air kecil.
Ketika hendak selesai melakukan keperluarnnya di kamar kecil (toilet) ia kembali melihat gelas plastik yang terisi air dan kini bertambah volumenya menjadi seperempatnya. Cahaya matahari menembus kaca dekat fentilasi dan menyoroti gelas tersebut. Air dalam gelas tersebut memancarkan cahaya yang indah ke sekitaran gelas. Indah mulai tertarik dengan air dalam gelas tersebut. Dan Indah pun meninggalkannya kembali di tempat semula.
Kini Indah mendapati dua misteri yang membuatnya mendapat masalah susah tidur. Ia selalu memikirkan sifat Miki akhir-akhir ini, dulu Miki orangnya menarik bahkan mungkin Indah menyukainya, orangnya sungguh cerdas dan seru, tapi belakangan ini sifatnya aneh dan bahkan beliau terkesan orang ceroboh. Kedua, air dalam gelas itu bisa bertambah padahal tidak ada tanda rembesan air dari atap, lebih menariknya lagi air itu memancarkan cahaya ketika tersinari cahaya matahari.
Keesokan harinya sebelum jam pertama dimulai, ia pergi ke ruangan perpustakaan seorang diri. Ia hendak meminjam buku untuk menunjang materi di matapelajaran pertama. Ketika hendak mengambil buku yang dimaksud, terlintas dalam pikirannya untuk melihat gelas plastik tersebut. Tanpa berpikir panjang, Indah pun segera pergi ke toilet dan ternyata toilet terkunci dari dalam (ada orang). Indah mendengar suara desahan orang menangis. Demi memecahkan misteri ini, Indah pun rela menunggu tanpa memberikan jejak supaya orang yang berada dalam kamar mandi tidak mendengarnya. Sungguh kaget ketika pintu kamar mandi terbuka, Indah mendapati Miki keluar dari pintu itu. Begitu pun dengan Miki yang kaget mendapati seorang Indah di depan pintu. Miki hendak pergi meninggalkan Indah dengan muka merah seperti sehabis menangis, namun Indah mencegahnya. Kemudian Indah melihat ke arah fentilasi dan mengambil gelas plastik itu. Indah membawa Miki duduk di meja sudut dan meminta Miki untuk menceritakan hubungan antara Miki dengan gelas itu, karena saat itu ia yakin jika yang ada pada gelas itu adalah ulah miki setelah Indah melihat air dalam gelas itu kembali bertambah.
Mereka berdua akhirnya mengobrol di meja sudut, hingga keduanya tidak menghiraukan untuk masuk kelas. Mereka sadar jika emosi mereka seperti ini percuma adanya belajar sekali pun. Miki memberikan pernyataan-pernyataan yang tidak benar adanya. Indah tahu karena Indah memiliki feeling kuat sebagai seorang wanita jika pernyataan yang Miki berikan adalah tidak benar. Tidak lama kemudian datanglah Riza.
“Miki !” sapa Riza.
“Za, kok disini. Emang gak ikut pelajaran?” tanya Miki dengan kaget atas kehadirannya.
“Aku khawatir karena kamu gak kunjung balik ke kelas. Aku yakin kamu disini dan mencurahkan air matamu di toilet sana.” Jawab Riza.
“Apa ? maksud dari mencurahkan air mata?” tanya Indah.
“Aku juga baru sadar sekarang jika Miki suka sama kamu Dah, tapi mungkin dia bingung karena aku telah cerita ke Miki kalo aku suka sama kamu”. Jawab Riza.
“Mik, kenapa sih gak pernah jujur, kenapa harus bersikap seperti itu sampe nahan nangis seperti itu. Dengan segenap hati aku suka sama kamu Mik.” Ungkap Indah.
“Udah deh Mik. Aku lebih suka kalo kalian jadian kok. Aku sekarang juga belajar sesuatu dari kamu kalo cinta itu tentang ‘merelakan’ bukan tentang ‘mengambil’. Maaf kalo aku gak sadar dari dulu. Aku beneran baru tahu sekarang.” Tambah Riza.
“Ya ampun. Terharu banget sih denger kata-kata dari kalian.” Candaan Miki dengan sedikit tertawa dan menghapus air matanya.
“Mik aku pengen kali ini kamu serius deh. Aku cape liat keanehan kamu terus. Aku udah jujur sama kamu kalo aku ........”
“ ’Cinta sama kamu’ itu kan?” potong Miki dengan mengangkat jari telunjuknya ke arah bibir Indah. Kemudian Miki melanjutkan bicaranya “Aku bersikap aneh seperti ini karena aku rela kamu hidup bahagia dengan orang lain yang aku percaya bisa bahagiain kamu pula. Tapi jika kamu ingin memilihku menjadi pacar, dan tidak ada pihak yang tersakiti aku siap jadi pacar kamu” jawab Miki dengan gaya sok kerennya.
Akhirnya mereka berdua berpacaran, dan Riza merasa bahagia dan merasa mendapat pelajaran berharga tentang cinta ‘merelakan’. Kehidupan sekolah mereka pun berjalan dengan baik bahkan dengan lebih baik

KELEMAHAN
Adapun kelemahan dari cerpen yang berjudul “Air dalam Gelas Plastik” ini adalah antara klimaks, peleraian, dan penyelesaian terlalu cepat. Sehingga jika dilihat dari bahan cerita (pengenalan tokoh, situasi, dan sebagainya), cerpen ini lebih tepat jika dimuat dalam sebuah novel sehingga ceritanya dapat berkembang dan memberikan kesan yang lebih dalam.
KELEBIHAN
Kelebihan dari cerpen ini adalah memberikan pembaca rasa penasaran apa yang ada dalam gelas plastik dan ada apa gerangan seorang Miki menjadi bersikap aneh.
UNSUR INSTRINSIK
•    Tokoh dan Penokohan
1.    Miki. Seorang siswa yang memiliki sifat ceria, asyik, cerdas, suka menghargai dan memiliki sikap merelakan.
2.    Indah. Seorang siswi yang cantik, baik, dan cerdas.
3.    Riza. Seorang siswa yang baik, mengerti seorang teman. Dia merupakan teman dekat dari Miki.
4.    Kira. Seorang siswi yang merupakan teman dekat dari Indah, dia memiliki sifat kepedean, ceria, dan banyak tingkah.
5.    Tetsuya. Seorang direktur sekolah Meishu.
6.    Miki Katsuragi. Isteri dari Tetsuya, sekaligus penjaga cafe sekolah.


•    Latar
•    Latar Tempat    : perpustakaan dan Shokudo (kantin atau cafe) sekolah.
•    Latar Waktu        : Istirahat sekolah, dan jam-jam sekolah.
•    Latar Suasana    : Suasana membingungkan, suasana mengherankan, suasana asyik, dan suasana menyenangkan.
•    Alur (jenis alur dan tahapan alur)
Alur yang digunakan adalah alur maju.
•    Perkenalan    : paragraf 1-2
•    Penanjakan    : paragraf 3-14
•    Klimaks    : paragraf 15-19
•    Puncak klimaks    : paragraf 19-20
•    Anti klimaks atau penyelesaian : paragraf 20-21
•    Sudut Pandang
Sudut pandang yang penulis gunakan adalah sudut pandang orang ketiga.
•    Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang penulis gunakan adalah bahasa bebas dan mudah dimengerti berbagai kalangan.
•    Tema
Tema dari cerita ini adalah asmara.
•    Amanat
Menghargai orang lain adalah awal dari berjiwa besar dan awal dari orang lain akan menghargai kita.
    Cinta itu tentang merelakan, dan nafsu adalah tentang mengambil.
UNSUR EKSTRINSIK
•    Nilai Budaya
Budaya mendidik adalah hal yang tepat daripada budaya melatih. Walau pun budaya ini adalah budaya orang lain, tetapi jika ini baik maka alangkah bijaknya jika kita menirunya.
•    Nilai Sosial
Selalu mengerti seorang teman adalah sikap pertemanan yang baik.